Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SUPERVISI MANAJERIAL

Pengertian Supervisi Pendidikan, Supervisi Manajerial, Prinsip-Prinsip, Metode dan Teknik  Supervisi Manajerial

PengertianSupervisi Pendidikan

Istilah supervisi berasal dari dua kata,yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webster’s New World Dictionary istilah superberarti “higher in rank or position than, superior to (superintendent), agreater or better than others” (1991:1343) sedangkan kata vision berarti “theability to perceive something not actually visible, as through mental acutenessor keen foresight (1991:1492).


Supervisor adalah seorang yang profesional.Dalam menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untukmeningkat- kan mutu pendidikan. Untuk melakukan  supervise diperlukan kelebihan yang dapatmelihat dengan tajam terhadap permasalahan peningkatan mutu pendidikan,menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakanpenglihatan mata biasa. Ia membina pening- katan mutu akademik melalui penciptaansituasi belajar yang lebih baik,  baikdalam hal fisik maupun lingkungan non fisik.

Perumusan atau pengertian supervisi dapat dijelaskandari berbagai sudut, baik menurut asal-usul (etimologi), bentuk perkataannya,maupun isi yang terkandung di dalam perkataanya itu (semantic). Secaraetimologis, supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S Poerwadarminta yangdikutip oleh Ametembun (1993:1) : “Supervisi dialih bahasakan dari perkataaninggris “Supervision” artinya pengawasan.

Pengertian supervisi secara etimologis masih menurutAmetembun (1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya,supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision= lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwaseorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yangdisupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yangdisupervisi.

Para ahli dalam bidang administrasi pendidikanmemberikan kese-pakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yangmemfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar, sepertiyang diungkapkan oleh ( Gregorio, 1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni,1993 dan Gregg Miller, 2003). Hal ini diungkapkan pula dalam tulisan AsosiasiSupervisi dan Pengembangan Kurikulum di Amerika (Association for Supervisionand Curriculum Development, 1987:129) yang menyebutkan sebagai berikut: Almost all writers agree that the primaryfocus in educational supervision is-and should be-the improvement of teachingand learning. The term instructional supervision is widely used in theliterature of embody all effort to those ends. Some writers use the terminstructional supervision synonymously with general supervision.

Supervisi yang lakukan oleh pengawas satuanpendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepalasekolah. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanankepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektifdan efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan.

Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan,maka supervisi oleh pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatansecara intensif terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudianditindak lanjuti dengan pemberian feed back. (Razik, 1995: 559). Hal inisejalan pula dengan pandangan L Drake (1980: 278) yang menyebutkan bahwasupervisi adalah suatu istilah yang sophisticated, sebab hal ini memiliki artiyang luas, yakni identik dengan proses mana-jemen, administrasi, evaluasi danakuntabilitas atau berbagai aktivi- tas serta kreatifitas yang berhubungandengan pengelolaan kelembagaan pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah.

Rifa’i (1992: 20) merumuskan istilahsupervisi merupakan penga- wasan profesional, sebab hal ini di samping bersifatlebih spesifik juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan akademik yangmendasarkan pada kemampuan ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasanmanajemen biasa, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yangdemokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan.

Supervisi pada dasarnya diarahkan pada duaaspek, yakni: supervisi akademis, dan  supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkanpada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baikdi dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan padapengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsisebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.

Oliva (1984: 19-20) menjelaskan ada empatmacam peran seorang pengawas atau supervisor pendidikan, yaitu sebagai: coordinator,consultant, group leader dan evaluator. Supervisor harus mampumengkoordinasikan programs, goups, materials, and reports yang berkaitan dengansekolah dan para guru. Supervisor juga harus mampu berperan sebagai konsultandalam manajemen sekolah, pengembangan kurikulum, teknologi pembelajaran, danpengembangan staf. Ia harus melayani kepala sekolah dan guru, baik secarakelompok maupun indivi- dual. Ada kalanya supervisor harus berperan sebagaipemimpin kelompok, dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan pengem- bangankurikulum, pembelajaran atau manajemen sekolah secara umum.

Gregorio (1966)  mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi,yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Pertama, Fungsiinspeksi antara lain berperan dalam mempelajari kea- daan dan kondisi sekolah,dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperandalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baikpada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaraninspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi,interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian.

Kedua, Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluardari permasalahan yang berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian inidilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akanditeliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menariksuatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar daripermasalahan diatas.

Ketiga, Fungsi pelatihan merupakan salah satu usahauntuk meningkatkan keterampilan guru/kepala sekolah dalam suatu bidang. Dalampelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, danjenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui demonstrasimengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group conference, sertakunjungan supervisi.

Keempat, Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagaiusaha untuk mendorong guru baik secara perorangan maupun kelompok agar merekamau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan bimbingandilakukan dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan danmerangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedurmengajar yang baru.


Kelima, Fungsi penilaian adalah untuk mengukurtingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan penilaianini dilakukan dengan beragai cara seperti test, penetapan standar, penilaiankemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah sertaprosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

1.Pengertian Supervisi Manajerial
Sebagimana dijelaskan di muka, supervisimerupakan  kegiatan  professional yang  dilakukan oleh  pengawas sekolah  dalam rangka  membantu  kepala Sekolah,  guru  dan tenaga kependidikan  lainnya  guna meningkatkan  mutu  dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan  dan  pembelajaran. Supervisi  ditujukan pada  dua aspek  yakni: manajerial  dan akademik. Supervisi manajerial  menitik beratkan pada  pengamatan pada  aspek-aspek  pengelolaan dan  administrasi sekolah yangberfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. 

DalamPanduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat TenagaKependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa Supervisi Manajerial adalah supervisi  yang berkenaan  dengan  aspek pengelolaan Sekolah  yang  terkait langsung dengan peningkatan efisiensidan efektivitas Sekolah yang mencakup perencanaan,  koordinasi, pelaksanaan,  penilaian,  pengembangan ompetensi sumberdaya  manusia  (SDM) kependidikan  dan  sumberdaya lainnya.  Dalam melaksanakan  fungsi supervisi  manajerial,  pengawas Sekolah/madrasah berperan  sebagai:  (1) kolaborator  dan  negosiator dalam  proses  perencanaan, koordinasi,  pengembangan manajemen  Sekolah,  (2) asesor  dalam mengidentifikasi  kelemahan dan  menganalisis  potensi Sekolah,  (3) pusat informasi  pengembangan  mutu Sekolah,  dan  (4) evaluator  terhadap pemaknaanhasil pengawasan.


Esensi supervisi manajerial adalah pemantauandan pembinaan terhadap pengelolaan dan administrasi sekolah. Dengan demikianfokus supervisi ini ditujukan pada pelaksanaan bidang garapan manajemensekolah, yang antara lain meliputi: (a) manajemen kurikulum dan pembelajaran,(b) kesiswaan, (c) sarana dan prasarana, (d) ketenagaan, (e) keuangan, (f)hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g) layanan khusus.

Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal diatas, pengawas sekaligus juga dituntut melakukan pematauan terhadap pelaksanaanstandar nasional pendidikan yang meliputi delapan komponen, yaitu: (a) standarisi, (b) standar kompetensi lulusan, (c) standar proses, (d) tandar pendidikdan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standarpengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian. Tujuansupervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah terakreditasidengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan.


Salah satu fokus penting lainnya dalam dalamsupervisi manajerial oleh pengawas terhadap sekolah, adalah berkaitanpengelolaan atau manaje- men sekolah. Sebagaimana diketahui dalam dasa warsaterakhir telah dikem- bangkan wacana manajemen berbasis sekolah (MBS), sebagaibentuk paradigma baru pengelolaan dari sentralisasi ke desentralisasi yang memberi-kan otonomi kepada pihak sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat(Sudarwan Danim, 2006: 4) Pengawas dituntut dapat menjelaskan sekaligusmengintroduksi model inovasi manajemen ini sesuai dengan konteks sosial budayaserta kondisi internal masing-masing sekolah. 


2.  Prinsip-Prinsip, Metode dan Teknik  Supervisi Manajerial
1).  Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial
Prinsip-prinsip  supervisi manajerial  pada  hakikatnya tidak  berbeda dengan supervisiakademik, yaitu:

a.harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, seperti ia bertindak sebagai atasandan kepala Sekolah/guru sebagai bawahan.

b.Supervisi  harus  mampu menciptakan  hubungan  kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan  yang diciptakan  harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal (Dodd, 1972).

c.  Supervisi harus  dilakukan  secara berkesinambungan.  Supervisi bukan  tugas bersifat  sambilan  yang hanya  dilakukan  sewaktu-waktu jika  ada  kesempatan (Alfonso  dkk., 1981  dan  Weingartner, 1973). 

d.  Supervisi harus  demokratis.  Supervisor tidak  boleh  mendominasi pelaksanaan supervisi. Titiktekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. 

e.  Program supervisi  harus  integral. .  Di  dalam setiap  organisasi pendidikan  terdapat bermacam-macam  sistem  perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan (Alfonso, dkk., 1981). 

f.  Supervisi harus  komprehensif.  Program supervisi  harus  mencakup keseluruhan  aspek, karena  hakikatnya  suatu aspek  pasti  terkait dengan aspek lainnya. 

g.  Supervisi harus  konstruktif.  Supervisi bukanlah  sekali-kali  untuk mencari kesalahan-kesalahan kepalaSekolah/ guru. 

h.  Supervisi harus  obyektif.  Dalam menyusun,  melaksanakan,  dan mengevaluasi,  keberhasilan program  supervisi  harus obyektif. Obyektivitas  dalam  penyusunan program  berarti  bahwa program supervisi    ituharus  disusun  berdasarkan persoalan  dan  kebutuhan nyata yang dihadapi Sekolah. 


2).  Metode dan Teknik  Supervisi Manajerial
Berikut  ini akan  diuraikan  tentang beberapa  metode  supervisi manajerial,  yaitu: monitoring  dan  evaluasi, refleksi  dan FGD,  metode Delphi, dan Workshop.

a.  Monitoring danEvaluasi
Metode  utama yang   harus  dilakukan oleh  pengawas Sekolah dalam supervisimanajerial adalah monitoring dan evaluasi. 

1). Monitoring
Monitoring  adalah suatu  kegiatan untuk  mengetahui perkembangan pelaksanaan  penyelenggaraan Sekolah,  apakah sudah  sesuai  dengan rencana,  program, dan/atau  standar  yang telah  ditetapkan,  serta menemukan hambatan-hambatan yang harusdiatasi dalam pelaksanaan program (Rochiat,  2008:  115). Monitoring  lebih  berpusat pada pengontrolan  selama  program berjalan  dan lebih  bersifat klinis.  Melalui monitoring,  dapat diperoleh  umpan  balik bagi Sekolah atau  pihak  lain yang terkait  untuk  menyukseskan ketercapaian  tujuan.  Aspek-aspek yang dicermati dalam  monitoring adalah hal-hal yang dikembangandan dijalankan  dalam  Rencana Pengembangan  Sekolah  (RPS). Dalam melakukan  monitoring  ini tentunya  pengawas  harus melengkapi  diri dengan  parangkat atau  daftar  isian yang  memuat  seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai. 

2). Evaluasi
Kegiatan  evaluasi untuk  mengetahui  sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan  sekolah  atau sejauhmana  keberhasilan  yang telah dicapai  dalam  kurun waktu  tertentu.  Tujuan evaluasi  utamanya  adalah untuk 
(a) mengetahui  tingkat  keterlaksanaan  program, 
(b)  mengetahui keberhasilan  program,
(c) mendapatkan  bahan/masukan  dalam perencanaan tahun berikutnya,  dan 
(d) memberikan  penilaian  (judgement) terhadap Sekolah.

b. Diskusi Kelompok Terfokus (Focused Group Discussion)
Hasil  monitoring yang  dilakukan  pengawas hendaknya  disampaikan secaraterbuka kepada pihak Sekolah, terutama kepala Sekolah, komite Sekolah dan  guru. Secara  bersama-sama  pihak Sekolah  dapat  melakukan refleksi terhadap  data  yang ada,  dan  menemukan sendiri  faktor-faktor  penghambat serta  pendukung yang  selama  ini mereka  rasakan.  Forum untuk  ini  dapat berbentuk   Focused Group  Discussion  (FGD), yang  melibatkan  unsur-unsur stakeholder  Sekolah. Diskusi  kelompok  terfokus ini  dapat  dilakukan dalam beberapa  putaran  sesuai dengan  kebutuhan.  Tujuan FGD adalah  untuk menyatukansudut  pandang stakeholder mengenai  realitas kondisi  (kekuatan dan kelemahan)sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional  yang akan  diambil  untuk memajukan sekolah.  Peran  pengawas dalam  hal ini  adalah  sebagai fasilitator  sekaligus  menjadi narasumber  apabila diperlukan,  untuk memberikan  masukan  berdasarkan pengetahuan  dan pengalamannya. 

AgarFGD dapat  berjalan  efektif, maka  diperlukan  langkah-langkah  sebagai berikut:
1)  Sebelum FGDdilaksanakan, semua peserta sudah mengetahui maksud diskusi serta permasalahanyang akan dibahas.
2)  PesertaFGD  hendaknya  mewakili berbagai  unsur,  sehingga diperoleh pibu/bapangan yang berragam dan komprehensif.
3)  Pimpinan  FGD hendaknya  akomodatif  dan berusaha  menggali pikiran/ibu/bapakpeserta dari sudut pandang  masing-masingunsur. 
4)  Notulen  hendaknya benar-benar  teliti  dalam mendokumentasikan usulan atau sudut pandang semua pihak.
5)  Pimpinan FGDhendaknya  mampu  mengontrol waktu  secara  efektif, dan mengarahkan pembicaraan agartetap fokus  pada permasalahan.
6)  Apabila  dalam satu pertemuan  belum  diperoleh kesimpulan  atau kesepakatan, makadapat dilanjutkan pada putaran berikutnya. Untuk ini  diperlukan catatan  mengenai  hal-hal yang  telah  dan belum disepakati.

c. Metode Delphi
MetodeDelphi dapat  digunakan  oleh pengawas  dalam  membantu pihak Sekolah merumuskan visi,  misi  dan tujuannya.  Sesuai  dengan konsep  MBS. Dalam  merumuskan Rencana  Pengembangan Sekolah(RPS)  sebuah sekolah harus memilikirumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari  kondisi sekolah,  peserta didik,  potensi  daerah, serta  pibu/bapangan seluruhstakeholder. 

MetodeDelphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika  hendak mengambil  keputusan  yang melibatkan  banyak  pihak. Langkah-langkahnya menurut Gordon(1976: 26-27) adalah sebagai:
1). Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan  dan hendak  dimintai  pendapatnya mengenai pengembangan Sekolah;
2). Masing-masing  pihak  diminta mengajukan  pendapatnya  secara tertulis tanpa disertainama/identitas;
3). Mengumpulkan  pendapat  yang masuk,  dan  membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
4).  Menyampaikankembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikanurutan prioritasnya.
5). Mengumpulkan  kembali  urutan prioritas  menurut  peserta, dan menyampaikan  hasil  akhir prioritas  keputusan  dari seluruh  peserta yang dimintaipendapatnya. 

d.  Workshop
Workshop  atau lokakarya  merupakan  salah satu    metode  yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode initentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala Sekolah, wakilkepala Sekolah dan/atau  perwakilan  komite sekolah.  Penyelenggaraan  workshop ini tentu  disesuaikan  dengan tujuan  atau  urgensinya, dan  dapat  diselenggarakan bersama  dengan Kelompok  Kerja  Kepala Sekolah,  Kelompok Kerja  Pengawas Sekolah  atau organisasi  sejenis  lainnya.   Sebagai  contoh,  pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembanganKTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dansebagainya.

Agar  pelaksanaan workshop berjalan  efektif, perlu  dilakukan  langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan materi  atau  substansi yang  akan  dibahas dalam workshop.Materi workshop  biasanya  terkait dengan  sesuatu  yang bersifat praktis,  walaupun  tidak terlepas  dari  kajian teori  yang  diperlukan sebagai acuannya.
b. Menentukan peserta.  Peserta  workshop hendaknya  mereka  yang terkait dengan materi yang dibahas.
c. Menentukan penyaji  yang  membawakan kertas  kerja.  Kriteria penyaji workshop antara lain:
1)  Seorangpraktisi yang benar-benar melakukan hal yang dibahas.
2)  Memilikipemahaman dan ibu/bapak teori yang memadai.
3) Memiliki kemampuan  menulis  kertas kerja,  disertai  contoh-contoh praktisnya.
4)  Memilikikemampuan presentasi yang baik.
5) Memiliki kemampuan untuk memfasilitasi/membimbingpeserta. 
     d.  Mengalokasikan waktu yang cukup.

e.  Mempersiapkan sarana dan fasilitas yangmemadai.
Dalampelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik supervisi  individual dan  kelompok.  Teknik supervisi  individual  di sini  adalah pelaksanaan  supervisi yang  diberikan  kepada kepala Sekolah  atau  personil lainnya yang mempunyai masalahkhusus dan bersifat perorangan.  Tekniksupervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yangditujukan pada dua orang atau lebih. Kepala-kepala sekolah yang diduga, sesuai  dengan analisis  kebutuhan,  memiliki masalah  atau  kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang  sama  dikelompokkan atau  dikumpulkan  menjadi satu/bersama-sama.  Kemudian kepada  mereka  diberikan layanan  supervisi sesuai denganpermasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.



Referensi:

Alfonso,RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F.1981. Instructional Supervision, A BehaviorSystem, Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Danim,Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
DepartemenPendidikan dan Kebudayaan RI. 1982.  AlatPenilaian Kemampuan Guru: Buku I. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
----------------.1982. Panduan Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Proyek PengembanganPendidikan Guru.
--------------.1996. Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi, Jakarta: Depdikbud
--------------.1996. Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya
           Jakarta: Depdikbud.
 --------------.1997. Pedoman Pembinaan  Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: DirektoratPendidikan Dasar
--------------.1997. Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah: Jakarta: Proyek  Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, TK dan SLB
--------------.1998.Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas
            Sekolah dan Angka Kreditnya, Jakarta: Depdikbud.
---------------.2003. Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Glickman,C.D 1995. Supervision of Instruction. Boston: Allyn And Bacon Inc.
Gwynn,J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead &Company.

McPherson,R.B., Crowson, R.L., & Pitner, N.J. 1986. Managing Uncertainty:Administrative Theory and Practice in Education. Columbus, Ohio: Charles E.Merrill Pub. Co.
Oliva,Peter F. 1984. Supervision For Today’s School. New York: Longman.
Pidarta,Made. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto,Ngalim.2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Sergiovanni,T.J. 1982. Editor. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervisionand Curriculum Development.
Sergiovanni,T.J. 1987. The Principalship, A Reflective Practice Perspective. Boston: Allynand Bacon.
Sergiovanni,T.J. dan R.J. Starrat. 1979. Supervision: Human Perspective. New York:McGraw-Hill Book Company.




= Baca Juga =